Jujur saja, saya tidak bisa 'menikmati' musik mereka. Sebagai orang yang memang suka mendengarkan musik, saya jarang menemukan 'rasa' yang pas dengan teliga saya. Selain itu, tema lagunya juga kadang monoton, kalau tidak cinta-cintaan ya galau-galauan.
Tapi, sejak beberapa bulan lalu, saya menemukan lagi 'rasa' yang pas dengan teliga saya dan mampu membuat saya benar-benar menikmati musik. Musik yang punya cita rasa Bali banget tapi tetap terasa universal.
Gus Teja World Music bisa dikatakan telah berhasil membius saya dengan alunan musik instrumentalnya yang menenangkan jiwa. Beberapa lagunya seperti Putri Cening Ayu, Galang Bulan (The Full Moon) dan Bali Shanti punya cita rasa Bali namun tetap enak di dengar.
Sebagai contoh salah satu yang paling saya suka adalah Putri Cening Ayu, sebenarnya lagu ini adalah lagu anak-anak dengan pesan moral yang amat kuat. Ditangan Gus Teja World Music, lagu ini menjadi musik instrumental yang benar-benar asyik di dengar.
Oh ya, sedikit perkenalan dengan Gus Teja atau Agus Teja. Dia adalah mahasiswa di ISI Denpasar pada periode 2000-2004. Lahir di Ubud pada 1982 dan karir bermusiknya dimulai pada 2003 hingga akhirnya mendirikan Gus Teja World Music pada 2009 dan merilis Rhythm of Paradise pada 2010 lalu.
Gus Teja seakan memberikan warna baru kepada dunia musik khususnya di Bali. Walaupun sebelumnya sudah ada pemusik instrumental lain dari Bali seperti Balawan, tapi kehadiran Gus Teja World Music diharapkan juga mampu membawa pesan kedamaian dari Bali ke seluruh Indonesia bahkan dunia.
Grup musik Gus Teja World Music ini menggunakan suling atau flute sebagai senjata utamanya lalu diperkuat dengan gitar dan beberapa alat musik tradisional Bali seperti tingklik, slokro dan kendang.
Oke, sekianlah tulisan saya tentang Gus Teja yang benar-benar telah membuat dunia musik yang saya tau lebih beragam lagi.
0 komentar:
Posting Komentar